KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU.
I. Pendahuluan
Ilmu, Telah menjadi perbincangan umat manusia dari waktu ke waktu, bahkan ilmu telah menjadi simbol kemajuan dan kejayaan suatu bangsa. Hampir tak ada suatu bangsa dinilai maju kecuali di sana ada ketinggian ilmu.
Sehingga Allah meninggikan derajat orang yang berilmu di hadapan manusia maupun di hadapan Allah sendiri.
Allah berfirman :
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
Artinya: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”
Dengan ilmu pula, berarti Allah membedakan manusia dengan makhluk Allah yang bernama hewan karena manusia di beri karunia akal dan hewan tidak, maka sungguh merugi jika manusia yang sudah di berikan sarana akal untuk mempelajari serta mengamalkan ilmu yang di berikan oleh Allah . justru terlena dengan tipuan dunia yang menipu sehingga ia terperosok kedalam kubang kehinaan, bahkan lebih hina dari pada hewan. na’udhu billah min dhalik.
Allah berfirman :
أولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
Artinya: “Mereka itu bagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”
.
Al Hasan rohimahullah berkata,”Andaikata tidak ada orang-orang yang berilmu tentu manusia tak berbeda dengan binatang”
Akankah kita bergelimang dalam kebodohan, padahal kebodohan adalah lambang kejumudan. Lalu, tidakkah kita ingin sukses dan jaya di negeri akhirat nanti. Lalu apa yang menghalangi kita untuk segera meraup ilmu dien, sebagaimana kita berambisi meraup ketinggian ilmu dunia karena tergambar suksesnya masa depan kita?
Melalui risalah singkat ini semoga dapat menggugah semangat kita semua selaku umat islam yang berkaitan tentang kewajiban menuntut ilmu itu sendiri dan fadhilah (keutamaan) yang akan di raih oleh seorang alim yang merindukan kebahagiaan di akhirat kelak serta perkataan para ulama tentang ilmu sebagai motifasi bagi para penuntut ilmu. Agar tetap istiqomah dan tidak terjerumus kedalam fitnatus syubhat yang menjangkiti kaum muslimin pada umumnya di karenakan minimnya kualitas ilmu yang mereka miliki. Namun tidak ada manusia yang sempurna kecuali di sana ada kekurangan. Begitupula risalah singkat ini yang perlu di benahi kembali sehingga menjadi sempurnalah dari segala kesalahan, semoga Allah memberi barokah yang banyak baik kepada penyusun maupun bagi pembaca kalian. Selamat membaca.
II. Kewajiban menuntut ilmu
Banyak sekali dalil-dalil baik dari Alqur’an maupun Hadits Nabi yang menyatakan wajibnya menuntut ilmu syar’i, diantaranya adalah:
Allah berfirman :
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
Artinya: “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”
Dalam hadist yang diriwayatkan oleh anas ibnu malik , Rosullullah bersabda:
عن أنس بن مالك رضى الله عنه، عن النبى صلى الله عليه وسلم أنه قال : طلب العلم فريضة على كل مسلم
Artinya:”Dari anas bin malik , nabi berkata:”menuntut ilmu wajib atas setiap orang islam”
Ibnul jauzi berkata, “Orang-orang saling berbeda pendapat tentang ilmu yang wajib tersebut.” Di antaranya adalah sebagai berikut :
• Para Ahli Fiqih berpendapat, yang dimaksud adalah ilmu fiqih. Karena dengan ilmu fikih akan terungkap mana yang halal dan mana yang haram.
• Para Ahli Tafsir dan Ahli Hadist berpendapat, yang di maksud adalah Kitabullah Al qur’an dan Al hadist. Karena keduanya bisa mencakup semua cabang ilmu.
• Orang-orang sufi berpendapat, yang di maksud adalah ilmu ikhlas dan ujian-ujian jiwa.
• Para Ahli kalam berpendapat, yang di maksud adalah ilmu kalam itu sendiri.
Adapun yang shohih (benar) adalah Ilmu mu’amalah seorang hamba kepada Allah . Mu’amalah yang di bebankan kepada seorang hamba di bagi menjadi tiga aspek : keyakinan, pelaksanaan dan segala sesuatu yang harus di tinggalkan.
Dari penjelasan di atas, secara garis besar yang dimaksud wajibnya tholabul ilmi )mencari ilmu) adalah :
1. Fardhu ‘Ain : Ilmu yang diwajibkan pada setiap individu untuk memilikinya. yang mencakup:
• Ilmu syar’i yang terdiri atas asas dasar: Kitabullah , Sunnah rosulullah , Ijma’ul ummah dan Atsaru shohabah .
Barang siapa yang tidak mau mempelajarinya maka ia akan berdosa.
2. Fardhu kifayah : Setiap ilmu yang berkaitan dengan urusan dunia.seperti:
• Ilmu kedokteran : karena sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh.
• Ilmu hisab : untuk kepentingan pembagian harta waris.
Apabila pada suatu negri tidak ada yang mempelajari ilmu-ilmu ini (fardhu kifayah) satupun, maka akan menandakan kehinaan orang-orang yang berada pada negri itu, namun apabila salah satu di antara mereka ada yang mempelajari ilmu tersebut maka gugurlah kewajiban yang lainnya.
Adapun yang di maksud dengan ilmu syar’iyah adalah, segala ilmu yang terpuji yang terbagi menjadi empat aspek:
1. Ilmu ushul (dasar) : Kitabullah , Sunnah rosulullah , Ijma’ umat dan perkataan para sahabat.
2. Ilmu furu’ (cabang) : Memahami apa yang seharusnya di fahami oleh akal dari dasar-dasar ilmu ushul.
3. Ilmu muqaddimat (pengantar) : Ilmu Nahwu dan Ilmu bahasa, yang berfungsi sebagai alat untuk memahami Kitabullah dan Sunnah Rosulullah .
4. Ilmu mutammimat (pelengkap) : Ilmu membaca, makhrajul huruf, dll
III.Perkataan salaf tentang ilmu
Mu’adz bin jabal berkata,”pelajarilah ilmu, karena mempelajari ilmu karena Allah itu mencerminkan ketakutan (khosyah), mencarinya adalah ibadah, mengkajinya adalah tasbih, mencarinya adalah jihad, mengajarkannya untuk keluarga adalah taqarub. Ilmu adalah pendamping saat sendirian dan teman karib saat menyendiri”
Ka’ab rohimahullah berkata,”Allah mewahyukan kepada musa “pelajarilah kebaikan wahai musa dan ajarkanlah kepada manusia, karena aku membuat kuburan orang yang mengajarkan kebaikan dan mempelajarinya bercahaya, sehingga mereka tidak merasa kesepian di tempatnya”
Hasan Al bashri rohimahullah berkata,”Belajar di waktu kecil bagai mengukir diatas batu. Dan ismail bin iyas berkata,”barang siapa yang belajar pada masa muda ia seperti mengukir di atas batu, dan barang siapa yang belajar pada masa tua ia seperti menulis di atas permukaan air.
Imam Baihaqi rohimahullah, Abu hurairoh berkata,”barang siapa yang mempelajari Al qur’an pada masa muda maka ilmu itu akan mendarah daging, dan barang siapa yang mempelajarinya pada masa tua, maka ilmu itu akan luput darinya namun jika ia masih tetap dan tidak meninggalkannya, maka baginya pahala yang berlipat ganda”.
IV. Keutamaan ilmu dan orang yang berilmu
1.Ilmu dien adalah warisan para nabi
Rasulullah bersabda:
فضل الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى النُّجُوْمِ. اَلْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ، وَاْلأَنْبِيَاءُ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَاًرا وَلاَ دِرْهَمًا وَإِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
Artinya:”keutamaan alim (orang yang berilmu) atas abid (ahli ibadah) seperti keutamaan bulan atas seluruh bintang-bintang. Sesungguhnya ulama itu pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidaklah mewariskan dinar maupun dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka barangsiapa mengambilnya (warisan ilmu) maka dia telah mengambil keuntungan yang banyak.”
Imam Tirmidzi mengomentari hadist di atas bahwa, yang di maksud dengan ilmu adalah ilmu syari’ah yang di sertai dengan pelaksanakan kewajiban beribadah kepada Allah , adapun keutamaan seorang Alim dengan seorang abid adalah di umpamakan seperti mulianya Rosulullah dengan seorang sahabat yang paling rendah keutamaanya.
2. Ilmu merupakan pertanda kebaikan seorang hamba. Tidaklah akan menjadi baik melainkan orang yang berilmu. Dari humaid bin abdirahman berkata, Rosulullah bersabda :
عن حميد بن عبد الرحمن سمعت معاوية خطيبا يقول سمعت النبي صلى الله عليه وسلم يقول من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين
Atinya: Humaid bin Abdur Rahman berkata, “Saya mendengar Mu’awiyah sewaktu ia berkhotbah mengatakan, ‘Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, Barangsiapa yang Allah kehendaki padanya kebaikan, maka Allah akan fahamkan dia dalam (masalah) dien”
3. Rasulullah menggambarkan para pemilik ilmu dengan lembah yang bisa menampung air yang bermanfaat terhadap alam sekitarnya
Dari Abu Musa berkata, rosulullah bersabda :
Sesungguhnya Perumpamaan petunjuk ilmu yang aku diutus dengannya bagaikan hujan yang menimpa tanah, sebagian di antaranya ada yang baik (subur) yang mampu menampung air dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang banyak, di antaranya lagi ada sebagian tanah keras yang (mampu) menahan air yang dengannya Allah memberikan manfaat kepada manusia untuk minuman, mengairi tanaman dan bercocok tanam. Dan sebagian menimpa tanah tandus kering yang gersang, tidak bisa menahan air yang menumbuhkan tumbuh-tumbuhan. Maka demikianlah permisalan orang yang memahami (pandai) dalam dien Allah dan memanfaatkan apa yang dengannya aku diutus Allah, maka dia mempelajari dan mengajarkan. Sedangkan permisalan bagi orang yang tidak (tidak memperhatikan ilmu) itu (sangat berpaling dan bodoh), dia tidak menerima petunjuk Allah yang dengannya aku diutus.
4. Ilmu mempermudah jalan bagi para tholibul ilmi (pencari ilmu) untuk menuju jannah.
Rosulullah bersabda :
عن أبى هريرة رضى الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم : منَ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ
Artinya: Dari Abu Hurairoh, Dia berkata, rosulullah saw bersabda: “Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan baginya jalan menuju Surga.”
5. Dinaungi oleh para malaikat dan didoakan olehnya serta seluruh penghuni langit dan bumi bahkan binatang di bumi dan ikan dilautan.
Rosululloh bersabda:
إن الله و ملائكته وأهل السماوات وأهل الأرضين حتى النملة في جحرها وحتى الحوت ليصلون على معلم الناس الخير
Artinya:”sesungguhnya Alloh dan malaikat-malaikatnya dan penduduk langit dan bumi bahkan semut dan ikan besar di lautanpun mendoakan orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia”
Imam tirmidzi mengomentari hadist di atas bahwa, para malaikat dan para penghuni bumi yang terdiri atas manusia, jin dan hewan, semuanya mendo’akan kebaikan atas orang yang telah mengajarkan kebaikan kepada manusia, ini adalah suatu pertanda akan utamanya seorang yang mempunyai ilmu yang bermanfaat dan bernilai ibadah di sisi Allah .
Dalam hadist yang lain, dari shafwan bin assal , nabi bersabda :
عن صفوان بن عسال ، أن النبى صلى الله عليه وآله وسلم قال: إن الملائكة لتضع أجنحتها لطالب العلم رضى بما يطلب
Artinya:”Dari safwan bin assal sesungguhnya para malaikat benar-benar meletakan sayapnya kepada orang yang mencari ilmu, karena ridha terhadap apa yang di carinya”
Al khathabi berpendapat tentang meletakan sayap disini di bagi menjadi tiga bagian:
1. Mambentangkan sayap.
2. Merendahkan dan menundukannya, karena hormat kepada para tholibul ilmi (pencari ilmu).
3. Malaikat turun ke majlis ilmu, ikut serta di dalamnya dan tidak terbang dari majlis ilmu tersebut.
Demikian risalah simgkat yang dapat kami sampaikan, Semoga Allah memudahkan kita dalam menuntut ilmu dan mengamalkanya serta meridhoi setiap amal kita semua.
Referensi :
1. Al Qur’anul karim
2. Al Asqalani, Ibnu hajar, 1995 M, Fathul Baari, Maktabah Darul Baaz, Beirut, Lebanon
3. An Naisabury, Abi Husain Muslim bin Al hajaj Al qusyairy,2000 M, Shahih Muslim, Daar Kutub Al Ilmiyah,
4. Abdurrahman, Abil ula Muhammad, 1995 M, Tuhfatul Ahwadhi, Darul Fikr, Beirut, Lebanon
5. Al Qozwayni, Abi Abdillah Muhammad bin Yazid, 1997 M, Sahih Sunan Ibnu Majah,. Maktabah Al Ma’arif, Riyadh
6. Qudamah, Ibnu, 2005 M, Mukhtashor Minhajul Qasidin, Darul Aqidah
7. Qudamah, Ibnu, 2007 M, Minhajul Qasidin, Edisi Indonesia. Pustaka Al kautsar
8. Al maqdisi, Abi abdillah Muhammad bin muflih, 1996 M, Al Adab As Syar’iyyah, Mu’asasah Risalah
https://www.blogger.com/u/1/blogger.g?blogID=292762993746969255#editor/target=post;postID=2687758732843641279;onPublishedMenu=allposts;onClosedMenu=allposts;postNum=0;src=postname
KEWAJIBAN ANAK MENJADI ANAK SHOLEH
Diantara Kewajiban anak terhadap orang tua nya
1. Seorang Anak Wajib Menaati Perintah Orangtua
Kewajiban anak terhadap orang tua yang pertama adalah menaati keaduanya. Hal ini mencakup Firman Alloh Ta'ala yang berarti : “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia, dan mengingatlah kamu melakukan kebaikan pada ibu-bapakmu dengan sebaik-kebenaran. Jadi salah satu di antara kecuanya atau kedua-duanya sampai membuat lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu katakan kepada kalian perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkunjungan yang mulia ” (QS. Al Israa: 23 ).
"Menaati Allah adalah menaati orangtua, dan mendurhakai Allah adalah mendurhakai orangtua" (HR. Thabrani)
Ayat dan hadis adalah perintah untuk menghormati dan menaati perintah orangtua . Jika ada membir perintah maka kita harus berusha untuk melakukan semaksimal mungkin. Waktu tak bisa atau tak mampu untuk pelaksanaannya, bicaralah dan jelaskanlah dengan cara yang baik. Tak perlu kita mengatakan yang keras atau kasar. Jangan jangan begitu, mengatakan "ah" pun (sebagai kata penolakan) tidak bisa digunakan.
Hanya ada satu perintah yang boleh ditolak, yaitu perintah yang bertentangan dengan ajaran agama (Islam) misalnya dari menyembah selain Allah, melakukan dosa atau kemaksiatan. Perintah seperti itu perlu (ditolak), namun tetap harus dengan cara yang baik dan bijaksana. Jelaskanlah bahwa perintah itu bertentangan dengan jaran Islam, dan bisa dilaksanakan akan berdosa, tidak hanya yang mengerjakannya tetapi juga yang memerintahkannya.
2. Menghormati dan Berbuat Baik Terhadap Orang Tua
“Dan Kami wajibkan manusia (perbuatan) baik kepada orangtua” (QS. Al Ankabut:
Pengertian perbuatan baik terhadap orang di sini sangat luas. Beberapa contoh perilaku berbuat baik terhadap orang tua tua:
- Berkata dan bertutur kata yang sopan, lemah lembut dan menyenangkan hati orang tua kita. Jangan sampai mengatakan yang keras, kasar, dan menyakitkan hati orang tua, karena jika orang tua sampai sakit hati Kemudian dia mengadu dan berdo'a kepada Allah, maka do'anya akan langsung dikabulkan oleh Allah Ta'ala.
- Merendahkan diri terhormat berhadapan dengan orang tua. Mangan menatap tajam, barang sampai melotot. Jika orang tua sedang duduk di bawah maka kita pun ikut duduk di bawah sambil duduk di kursi sementara sambil berdiri. Sikap tangan harus ke bawah, bukan hanya untuk orang lain dan atasan, jadi orang tua pun harus senantiasa bersikap sopan.
- Berterima kasih dan bersyukur atas kebaikan orang tua karena mereka sudah sangat berjasa terhadap kita; dari sejak kita masih dalam kandungan sampai dewasa dan berkeluarga seperti sekarang (Bagi yang telah berkeluarga: Pr). Sungguh sangat besar layanan dan pengorbanan kedua orang tua kita. Kita tidak akan dapat membalasnya hingga akhir hayat sekalipun.
Itu seperti cara seroang anak-anak baik terhadap orang tua nya ..!
3. Mendahulukan dan Memenuhi Kebutuhan Orang tua
Kewajiban anak terhadap orang tuanya yang ke 3 adalah lakukannya seroang anak senantiasa mendahulukan dan memenuhi kebutuhan orang tua nya. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim bahwa Abdullah bin Amr bin Ash ra. Mengisahkan: Ada seorang lelaki datang lewat Rasulullah SAW. Kemudian katakan, “Aku akan berbaiat kepadamu untuk hijrah dan jihad demi harapan pahala dari Allah Ta'ala”. Rasulullah bertanya, "Apakah salah dari kedua orang tua mu masih hidup?" Orang itu menjawab "Ya, sisa masih hidup". Beliau tertanya lagi, “apakah kamu mengharapkan pahala dari Allah?” Orang itu menjawab “Ya”. Rasulullah bersabda “Kembalilah kepada kedua orang tua mu, layani mereka dengan baik”.
Hadis tersebut memberi Pelajaran untuk mendahulukan dan mengutamakan untuk kebutuhan dan pelayanan bagi orang tua . Bahkan dari hadis tersebut kami bisa mengambil kesimpulan bahwa orang yang melayani orang tua sama saja dengan berjuang (berjihad) di jalan Alloh Ta'ala. Berbahagialah anak yang bisa memenuhi kebutuhan orang tuan ya dan melayaninya dengan baik.
4. Minta Izin dan Do'a Restu Orang tua
"Keridlaan Tuhan tergantung (kepada) kerelaan orangtua dan kemurkaan Tuhan tergantung (kepada) kemurkaan orangtua".
Melalui perjalanan panjang manusia terbukti bahwa orang-orang yang hidup adalah berbahagia karena orang tuanya senang dan ridla terbukti. Begitu juga sudah banyak berbukti siorang anak lewat celaka dan sengsara karena ornagtuanya murka serta melaknatnya.
Begitu besar peran keridlaan dan do'a orang tua ini, bahkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ad Dailami ', Rasulullah SAW. pernah bersabda. "Do'a orang tua bagi tanggul seperti do'a seorang nabi bagi orangnya". Maksudnya do'a orang tua itu sangat mustajab dan cepat dikabulkan oleh Allah SWT. seperti pakaian do'a para nabi dan Rasul.
Sehubungan dengan itu ada beberapa upaya yang bisa dilakukan oleh anak terhadap orang tua nya:
- Bila ada keperluan, biasakanlah untuk meminta izin kepada orang tua . Jika orang tua mengizinkan laksanakanlah, namun tidak dapat digunakan dan berlaku itu bisa ditunda, maka tundalah untuk sementara waktu. Hal ini terutama bagi anak yang masih tinggal dengan orang tua nya.
- Saat ada tugas, berangkat ke sekolah, kuliah, bekerja atau tugas ke luar daerah / ke luar negeri; biasakanlah izin dan do'a restu dari orang tua; Karena hal itu akan membawa berkah, misalnya akan berhasil atau mendapat lebih banyak keuntungan.
- Sikap ketia berhak atau do'a restu haruslah dengan cara yang lemah-lembut, sopan, bijaksna, dan membantu dengan restu dengan tulus ikhlas.
5. Membantu Tugas dan Pekerjaan Orangtua
Anak-anak haruslah selalu memisahkan agar dapat membantu dan meringankan tugas orang tua, meningkatkan dan membuat mereka lebih kuat. Bantulah mereka sesuai dengan kemampuan, misalnya dengan tenaga, pikiran dan materi.
Beberapa contoh yang bisa kita lakukan misalnya:
- Jika anak lelaki bantulah ayah untuk membereskan atau Memperbaiki rumah, berkebun, memprbaiki peralatan rumah tangga, dan lain sebagainya.
- Termasuk anak-anak perempuan bantulah ibu dengan cara menyapu, mengepel, mencuci, memasak, dan sebagainya. Buka usaha atau toko, bantulah orang tua semampunya seperti membawakan barang, menunggui tempat usaha atau toko, dan sebagainya.
- Bantulah orang tua dengan senang hati dan ikhlas agar tak menjadi beban kompilasi pekerjaannya dan mendapat pahala dari Allah SWT.
6. Kewajiban Anak Selalu Menjaga Orang Baik dan Amanat Orang Tua
“Sesungguhnya sebesar-besar dosa itu memaki ayah sendiri” Ada yang bertanya kepada beliau, “Bagaimanakah seorang memaki ayah ibunya?” Rasulullah SAW. menjawab, "(yaitu dengan) memaki orang lain lalu di balas (oleh orang lain itu) dimaki pula atau dimaki juga dimaki ibunya".
Hadis di atas menjelaskan kemampuan untuk menjaga nama baik orang tua . Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam hal ini adalah:
- Panggilah orang tua dengan “ayah” dan “ibu” atau yang semakna dengan itu. Jangan memangil orang tua dengan namanya langsung, hal tersebut sangat terlarang.
- Jangan memaki orang atau orang lain, karena dikhawatir mereka akan membalas memaki nama dan perilaku orang tua kita. Bila hal itu terjadi berdosalah kita.
- Jagalah ucapan dan perilaku kita agar tetap sopan dan santun, karena baik tidaknya perilaku kita akan membawa nama orang tua dan keluarga kita.
- Termasuk dalam menjaga nama baik orang tua adalah menjaga dan mengatur amanatnya, asalkan amanatnya itu terhubung dengan ajaran Islam.
- Termasuk dalam amanat orag tua adalah menjaga dan menerapkan semua petunjuk dan petunjuk (yang sesuai dengan syariat Islam) dan juga menjaga Islam dengan benar dan tekun.
https://priana13.wordpress.com/2012/04/14/kewajiban-anak-terhadap-orangtua/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar